Orang yang tidak tahu apa-apa, tidak mencintai apapun

Wednesday, July 19, 2006

SYAHADAT

S Y A H A D A H


" Katakanlah, "Hai ahli Kitab, marilah kita kepada kalimat
yang sama antara kami dan kamu yaitu bahwa TIDAK ADA YG
KITA SEMBAH SELAIN ALLAH, dan tidak kita mempersekutukan-
Nya dengan sesuatu apapun juga. Dan tidak pula sebagian
kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain
dari Allah. Maka jika, mereka berpaling katakanlah,
SAKSIKANLAH BAHWA SESUNGGUHNYA KAMI ADALAH MUSLIM"
( Ali 'Imran: 64)


Pemahaman tentang syahadah, sebagai pilar utama dienul Islam,
menjadi urgens, apalagi ketika pendekatan fiqhiyah mendominasi
kaum Muslimin dalam memahami diennya. Padahal fiqh dan cabang-
cabang tsaqofah Islamiyah itu sendiri berpangkal pada syahadah
ini. Bahkan secara umum tsaqofah islamiyah bertumpu pada tsaqo-
fah ta'hiliyyah (doktrin-doktrin Islam). Karenanya tak heran
kalau akhirnya muncul kontradiksi-kontradiksi yang mengenaskan.
Perdebatan tentang fiqh shallat hangat dan kadang mengalahkan
hangatnya ukhuwah. Padahal seselai shallat kaum Muslimin berdo'a
"Allahumaghfir lil Muslimina wal Muslimat..."
"Robbana firlana wali ikhwanina..."
memohon ampunan bagi seluruh kaum Muslimin dan saudara-saudara
seiman. Dalam shallat kita bersumpah;
"Sesungguhnya shallatku, ibadahku, hidupku, dan matiku aku serahkan
kepada Rabb semesta alam".
Dalam shallat kita menutup aurat secara rapi.
Dalam shallat kita membesarkan hanya nama Allah,
dalam shallat di surat al fatihah kita memohon kepada Allah agar
ditunjuki jalan yang lurus, jalan para Nabi, shidiiqiin, shalihin,
dan syuhada, dalam shallat kita berjanji untuk meminta tolong hanya
kepada Allah, dan menyembah hanya Allah saja.
Lalu setelah selesai shallat?
Bagaimana sikap kita dengan teman dan saudara seiman lainnya?
Waktu kita, hidup dan mati kita, benarkan untuk Allah dan perjuangan
menegakkan dien-Nya ?
Aurat, jilbab, disimpan dimana?
Nama Allah atau nama universitas, suku, ras dll yang masih kita
agungkan?
Lalu jalan lurus yang telah tersedia kenapa dimohonkan saja
dan tidak ditapaki?
Benarkan kita hanya menyembah Allah saja dengan asyaddu hubalillah
cinta yang bersangatan, mengalahkan cinta-cinta kita kepada selain
Allah?

Inilah kontradiksi lebar yang ada. Dimana syahadah kita belum
menempati maknanya yg utuh dalam jiwa. Syahadah masih samar dalam
merah darah kita dan tidak mensibghah (mewarnai) hati kita.
Karena kita jahil terhadapnya, kita bodoh dan tidak mensikapinya
secara tepat. Karenanya tak heran manakala seorang Muslim bercermin
dalam cermin dien, yang muncul adalah wajah centang-perentang.
Antara Islam dan Muslim (sebagai pelaksana Islam), antara jalan
hidup dan orang yang memasrahkan diri untuk berpedoman dengan jalan
itu tidak matching. Tidak muncul wajah anggun Islam dalam diri
Muslim sebagai pribadi atau secara kolektif dalam pentas peradaban
masa kini. Yang ada adalah seorang Muslim yang menerima sebagian
Islam dan menolak bagian lainnya, seorang Muslim yang memandang Islam
dengan kacamata dari luar jati diri dien ini, yang menganggap Islam
hanya sebagai urusan pribadi dan dia sebagai pribadi tak ada pembelaan
apa-apa terhadap urusan dien ini, seorang muslim formal yang nominal.
Tandasnya, Muslim tidak sama dengan pelaksana Islam. Sungguh paradox
yang mengenaskan.

Maka tak ada pilihan bagi kita selain kembali kepada jati-diri
kita sebagai pelaksana syahadah, orang yang terikat perjanjian dengan
Allah. Dalam titik ini kita temui urgensi kembali pada pemahaman
syahadah yang lurus.



DUA PULUH FENOMENA KEKUFURAN YANG MEMBATALKAN SYAHADATAIN

Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Alhamdu lillahi nasta'iinuhu wa nastaghfiruhu,
wa na'udzu hillahi min syuruuri anfusinaa
Asyhaadu allaa ilaaha illallahu,
wa asyhaadu anna muhammdaan 'abduhu wa rasuluh
Allahumma shalli 'alaa Muhammad wa 'alaa aalihii wa ashhabihi aj'main
Ammaa ba'du, uushiikum wa nafsii bitaquwallahi faqad faazalmuttaquun


Dua puluh hal cipta karsa, dan karya manusia yang justru
membatalkan keimanannya, pada syahadatain dan menjerumuskannya
menjadi kafir.

1. BERTAWAKKAL DAN BERGANTUNG PADA SELAIN ALLAH.

Berdasarkan firman Allah:

"Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal jika
kamu benar-benar orang yang beriman."
[Al-Maidah: 23]

"Sesungguhnya Allah telah tolong kamu di beberapa banyak
tempat dan pada peperangan Hunain, tatkala kamu sombong
dengan banyaknya kamu, tetapi tidak berfaedah bagi kamu
sedikitpun, dan (jadi) sempit bagi kamu bumi yang luas
itu, kemudian kamu berpaling sambil mundur."
[At-Taubah: 25]

Dalil ni berpedoman pada pengertian LAILAHAILALLAH yang
maknanya antara lain tidak akan melakukan permohonan untuk kete-
tenangan dan kekuatan selain kepada Allah SWT.

Tawakkal bukan berarti meninggalkan kerja. Bahkan Allah
SWT menyuruh kita untuk bekerja, tetapi kita dilarang menggan-
tungkan hidup kita pada pekerjaan itu. Allah telah menyuruh mem
persiapkan perlengkapan perang, tetapi Allah juga menyuruh kita
untuk menggantungkan segala kehidupan kita hanya kepada-Nya.
Allah menyuruh kita bekerja dan berusaha, tetapi Ia juga menyu-
ruh kita beriman bahwa Dialah yang memberi rezeki. Dia menyuruh
kita berobat, tetapi dengan syarat kita berkeyakinan bahwa yang
menyembuhkannya hanyalah Allah SWT. Ringkasnya, barangsiapa
yang berkerja, berusaha dan berikhtiar dengan tidak bertawakkal
dan bergantung pada Allah, ia telah merusak syarat tadi. Seba-
liknya orang yang bertawakkal dan bergantung kepada Allah, tapi
tanpa daya usaha, juga ia telah merusak salah satu syarat tadi.

Dari sini dapat diandaikan suatu perbedaan antara orang
kafir dan orang mukmin. Orang kafir, ia membanting tulang dan
mengerahkan segala tenaga dan berusaha, orang mukmin juga memban
ting tulang dan mengerahkan segala tenaga serta berusaha, tetapi
orang-orang kafir, ia tidak menggantungkan harapannya kepada
Allah, bahkan ia menggantungkan pada usahanya. Sebaliknya seo-
rang muslim di samping usahanya tersebut ia menggantungkan sega-
la harapannya kepada Allah SWT.

Bergantung dengan SEBAB dan melupakan bahwa yang mengi-
zinkan SEBAB itu berproses adalah Allah adalah maskiat. Bergan-
tung pada SEBAB dan disertai keyakinan bahwa SEBAB-SEBAB itu ti-
dak ada hubungannya dengan Allah adalah SYIRIK yang dapat meng-
hancurkan SYAHADATAIN. Dalam al-Qur'an banyak disebutkan ten-
tang masalah ini yang antara lain seperti dalam firman-Nya:

"Maka bukanlah kamu bunuh mereka, tetapi Allah yang bu-
nuh mereka; dan tidak engkau melempar waktu engkau melem
par, tetapi Allah yang melempar."
[Al-Anfal: 17]

"Tetapi kemenangan itu tidak ada melainkan dari fihak
Allah Yang gagah, Yang bijaksana."
[Ali Imran: 126]

"Sesungguhnya Allah, Ia-lah Pemberi rezeki, Yang mempu-
nyai kekuasaan, Yang sangat teguh."
[Adz-Dzariat: 58]

"Dan apabila aku sakit, maka Ia sembuhkan daku."
[Asy-Syu'ara: 80]

"Tidakkah engkau lihat bahwa Allah telah turunkan air
dari langit, lalu jadialh bumi (ini) hijau segar? Se-
sungguhnya Allah, Halus, Amat mengetahui."
[Al-Hajj: 63]

Kita harus menyakini bahwa Allah menjadikan sebab musa-
bab di dunia ada fungsinya (peranan atau tugasnya) dan harus per
caya bahwa Allah-lah yang menjadikan semua itu. Allah berfirman:

"Allah itu Pembikin tiap-tiap sesuatu; dan Ia Pemelihara
ata tiap-tiap sesuatu."
[Az-Zumar: 62]

Barangsiapa yang mengingkari sebab-sebab dan menganggap
tidak ada gunanya adalah KAFIR, sebaliknya yang meyakini bahwa
sebab-sebab itu memiliki pengaruh sendiri adalah SYIRIK.